Berawal dari sebuah pertemuan di rumah makan. Saat itu Cantika sendiri saja, karena sahabatnya sedang tidak kuliah. Sebenarnya Cantika tidak ingin makan tetapi, bunyi perutnya yang tidak bisa di ajak kompromi. “ Boleh duduk sini Mbak?” tanya laki-laki itu sambil menunjuk tempat duduk disampingnya. “Boleh,.. jawab Cantika ragu-ragu. Dari pertemuan dan obrolan singkat itu, Cantika dan Batam saling bertukar nomor handphone. Selanjutnya hari-hari mereka selalu diisi dengan berkomunikasi lewat WhatsApp. Diisi dengan saling bertemu. Kemudian timbullah benih-benih cinta di hati Cantika dan Batam.
“Mengapa engkau akan meninggalkanku Batam?” tanya Cantika.” Maaf kamu tidak perlu tahu alasannya,”sahut Batam.. lalu kamu akan meninggalkanku dengan alasan yang tidak jelas! Tanpa keterangan dan penjelasan apapun! Lalu apakah ini adil untukku? Pertanyaan yang lebih keras lagi dilontarkan Cantika kepada pemuda idamannya itu. Batam tetap diam. Tetapi sambil menahan gejolak hati yang bergemuruh, Batampun bersuara, “Kalau memang benar engkau mencintaiku, tunggulah tanda cinta itu?” kata pemuda itu kepada Cantika,.. sampai kapan? Jawab Cantika.. Entahlah, sahut Batam sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan,dan Batam berkata, maafkan aku Cantik!”. Tetapi Cantika menolak uluran tangan dari Batam sambil terisak menahan tangis. “Tetapi bila tanda cinta itu tidak kau harap, aku rela engkau meninggalkanku dan menikah dengan orang lain” kata Batam sambil berkilat matanya.. memerah menahan rasa yang sulit untuk diterjemahkan.
Pemuda itu perlahan melangkahkan kaki meninggalkan Cantika. Cantika semakin tersedu setelah menyadari bahwa pemuda yang sangat dicintai telah meninggalkannya.
Batam sebenarnya ingin berterus terang kepada Cantika tentang alasannya mengapa meninggalkan Cantika. Tetapi pemuda itu ragu dengan penjelasannya nanti. Apakah Cantika mau terima? Walaupun Sebenarnya, menurut Batam alasan itu sangat sederhana.
Batam lahir dari keluarga yang kehidupannya sangat jaug dari cukup. Dari keadaan yang seperti itu,memicu Batam untuk belajar sungguh-sungguh. Dari perjuangannya itu, setelah lulus kuliah anak muda itu mendapat bea siswa dari perguruan tinggi untuk belajar ke Luar negeri.anak muda itu belum yakin dengan masa depannya. Untuk itu dia memutuskan untuk meninggalkan Cantika. Dan Batam berjanji dalam hati akan kembali lagi untuk melamar Cantika setelah kehidupannya telah berhasil. Tetapi janjinya itu tidak ia sampaikan kepada Cantika karena Batam khawatir bahwa harapannya untuk bisa berhasil dalam hidup tidak tercapai. Biarlah janji itu menjadi rahasia pribadinya. Tidak ada satu orangpun yang tahu.
Masih terngiang kata maaf itu di telinga Cantika . kata yang sangat dia benci. Kata yang mengalirkan arus darah hingga mendegupkan jantung yang frekuensinya sangat cepat. Beberapa kali dia mencoba memahami tentang hal itu.. tetapi tetap saja hati bergemuruh dan bersuara ”aku tidak terima dengan semua ini”.
Cantik…Cantik… Cantikaa..! suara mengagetkan itu menyadarkan lamunan Cantika tentang laki-laki yang telah menggoreskan luka hati.. bukan karena adanya perempuan lain tetapi karena laki-laki tersebut tiba-tiba meninggalkan dirinya tanpa alasan. “ ya bu “ jawab Cantika. “Kemarin teman-temanmu ke sini, kata ibu Cantika, mereka bilang kalian mau wisata ke Bandung! Kok Cantika tidak cerita dengan ibu! Lanjut ibu Cantika.. Itu masih rencana bu, sahut Cantika, mungkin akhir tahun nanti.. masih lama, lanjut Cantika. “kamu sudah sarapan, tanya ibu lagi. Seolah-olah sengaja mengalihkan pertanyaan. “sudah bu, sahut Cantika sambil menenteng tas dan menghampiri ibunya. “ bu, Cantika mau ke kampus dulu ya. Pamit gadis itu. “ ya nak hati-hati ya!… jawab ibunya sambil memandang anak gadisnya berlalu dari hadapannya. “ya bu, jawab Cantika.
Perjalanan ke kampus membutuhkan waktu setengah jam.. diperjalanan Cantika masih selalu berpikir untuk mencari alasan mengapa kekasihnya meninggalkan dirinya begitu saja. “Sudah sampai neng, kata pak Warno supir pribadi keluarganya, oh.. sudah sampai ya.. jawab Cantika gelagapan.. ya neng sudah sampai… neng sih melamun terus dari berangkat tadi.. seloroh pak Warno kepada Cantika. Cantika segera turun dari mobil tanpa memperdulikan seloroh pak Warno.
Pak Warno adalah supir pribadi keluarga pak Haryo. Pak Haryo ayah Cantika merupakan pengusaha sukses di Lampung. Usaha yang ditekuni pak Haryo mampu untuk menghidupi keluarganya. Pak Warno bekerja dengan pak haryo sudah bertahun-tahun, Semenjak cantika berusia 2 tahun. Cantika adalah anak tunggal yang kehidupannya sangat bahagia karena, segala kebutuhannya selalu terpenuhi serta, mendapat limpahan kasih sayang dari orang tuanya. Kebahagiaan Cantika bertambah tatkala gadis itu mengenal Batam, laki-laki yang sangat dia cintai.
Cinta itu belum tergantikan walau tahun berganti tahun. Ini sudah tahun ke-5 batam meninggalkan Cantika. Banyak laki-laki yang ingin mendekati Cantika tetapi selalu ditolak oleh gadis itu. Hati cantika perih bila mengingat hal itu.
Sekarang Cantika sudah bekerja di perusahaan pak Haryo. Setiap pagi.. cantika harus berangkat kerja bersama pak Haryo. Dan setiap pagi, semenjak kepergian Batam,cantika tidak pernah melewatkan pandangannya yang tertuju di pinggir pintu gerbang halaman rumahnya. Setiap kali gadis itu melihat pinggir pintu gerbang itu, helaan napas panjang dan hati perih sangat ia rasakan. Perih layaknya tersayat sembilu. Hal tersebut selalu diperhatikan oleh pak haryo. Sesekali pak haryo berkata,” sudahlah cantika, berhentilah untuk berharap, jangan merusak masa depan. Kau pikirkan juga ayah dan ibu.. apakah kau tetap terus begini, sementara usiamu semakin bertambah dan orangtuamu semakin tua! Cantika terdiam. Kadang ia merasa bersalah, tapi rasa itu tak pernah lekang oleh waktu. Rasa cinta kepada kekasih hatinya, ia yakin bahwa harapannya pasti terjawab.walaupun dia tidak tahu kapan itu terjadi.
Hari ini Cantika berangkat kerja sangat terburu-buru. Bangun agak kesiangan, tapi belum ketinggalan waktu sholat shubuh. Cantika terburu-buru karena, tadi malam lembur. Untuk kegiatan hari ini, Cantika akan melakukan kunjungan kerja ke luar daerah sampai beberapa hari. Sebelum berangkat, Cantika akan meeting dulu dengan beberapa karyawan dan beberapa pimpinan anak perusahaan. Walaupun terburu-buru saat keluar dari rumah, gadis itu tetap meluangkan pandangan di pinggir pintu gerbang rumahnya, tetapi gadis itu selalu melakukan hal yang sama, menghela napas panjang.
Hampir satu pekan Cantika keliling daerah untuk kunjungan kerja. Rasanya sangat letih, seletih badan dan pikirannya memikirkan dan menunggu kekasihnya Batam. Keletihan itu sempat menggoyahkan kekerasan hatinya. Apalagi ada seorang laki-laki teman kerjanya yang sempat menggoyahkan hatinya dan terngiang kembali kata-kata ayahnya yang mengingatkan dirinya bahwa orangtuanya sudah tua. Hemmm.. pilihan yang sangat sulit..tapi tidak..tidak mungkin aku akan melupakannya. Aku yakin dia tidak akan melupakan janji-janji yang telah disepakati bersama.. gumam Cantika.
Pukul 23.30 Cantika tiba di rumah, ibu dan ayahnya sempat khawatir karena pulangnya tidak sesuai dengan waktu yang dijanjikan. Begitu sampai rumah, ibu dan ayahnya sudah menunggu. “kok sampai malam Nak,!” tanya ibu Cantika sambil menyongsong kedatangan anak sematawayangnya.. “jalan macet Bu, jawab Cantika dengan langkah lunglai.. “ya sudah.. segera bersihkan badanmu, lalu istirahat.. lanjut ibunya. “ terima kasih Bu,” jawab Cantika.
Pagi yang cerah. Matahari bersinar dengan kehangatan yang menyegarkan tubuh. Hari ini sebenarnya cantika ingin istirahat tapi, karena letihnya sudah hilang.. semangat kerjanya kembali muncul.
Degup jantung cantika seketika berhenti.. tatkala mata cantiknya singgah di pinggir pintu gerbang halaman rumah. Di sana ada tangkai bunga mawar. Dan tulang belulang serasa lunglai saat dilihat ada tiga tangkai bunga mawar tetapi bunga-bunga tersebut sudah layu… ya Allah.. kapankah bunga-bunga itu singgah di sana… airmata gadis itu mengalir deras… keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.. dan pagi ini.. di pinggir pintu gerbang, tidak ada bunga segar. Airmata semakin deras membasahi pipi.. pak Warno sempat kebingungan. Pak Warno kembali masuk rumah untuk memanggil ibu cantika. Nyonya..Nyonya.. neng Nya…! ibu Cantika berjalan tergopoh-gopoh menghampiri anaknya… tapi Cantika sudah tak sadarkan diri. segera pak Warno membawa Cantika ke rumah sakit.
Sehari semalam Cantika tidak sadarkan diri. Ibu dan ayahnya sudah khawatir.karena berdasarkan diagnosa dokter Cantika hnya kecapean. Dokter menyarankan supaya keluarga Cantika untuk sabar.
Pukul 10.00 WIB, Cantika menampakkan tanda-tanda kesadarannya pulih kembali. Perlahan Cantika membuka matanya, dan anak gadis yang nampak pucat itu merasa asing. Semua yang dilihatnya putih. Bola mata cantika mengelilingi ruangan. Kembali samar-samar penglihatannya pulih dan tertumbuk pada sudut ruangan.Di sana ada bunga dan tidak hanya setangkai, tetapi seikat besar bunga mawar yang masih segar . Bunga mawar yang baru. Kembali matanya terpaku pada sosok yang tidak asing. Sosok yang selama ini ada dalam pikirannya. Kembali Cantika menangis tersedu.. senang.. haru.. bahagia jadi satu.. laki-laki itu yang ternyata bernama Batam, perlahan mendekati Cantika.. uraian airmata dari keduanya mengalir membasahi pipi.
Penantian cantika tidak sia-sia, semua ini tentunya karunia Allah. Karunia yang tidak terhingga. Sekarang mereka hidup bahagia. Bahagia karena cinta yang bersatu dari sebuah impian yang telah terjawab.
Metro, 15 April 2021
Karya: Tutik Iriani, S.Pd.
2 komentar
Puranti Gombong, Kamis, 22 Apr 2021
Romantis, mengharukan
tutik, Kamis, 22 Apr 2021
terima kasih bu ranti untuk tanggapannya